Laman

Minggu, 12 September 2010

Tuhan, Izinkan Aku Ee

Semua tahu kita adalah manusia yang setahu gue dalam agama islam dianggap sebagai makhluk yang paling sempurna. Mengapa? Karena kita punya akal yang bisa dipakai untuk berpikir dan mencari solusi dari suatu masalah. Kita pun punya etika dalam melakukan segala sesuatu, beda sama binatang ataupun tumbuhan.

Lihat binatang, mereka pipis dan ee di manapun mereka suka. Mungkin untuk beberapa binatang ada yang tidak suka berekskresi sembarangan dikarenakan tidak sesuai dengan habitatnya, contoh kucing yang setahu gue sebagian besar selalu ee di pasir atau tanah. Terus tumbuhan, hell kalo lo bilang mau jadi pohon, menurut gue seratus persen itu cuma omongan iseng atau lo lagi bener-bener kalut sama hidup ini. Kenapa? Yaiyalah, pohon mana bisa gerak! Kalo kita dikencingin kita langsung marah atau menghindar, tapi pohon, dia tidak bisa.

Dari catatan sekecil itu aja setidaknya gue udah mencoba bersyukur banget bisa jadi manusia. Namun kadang kita yang punya akal dan bisa berpikir malah sembrono. Gak pakai contoh siapa-siapa but me, gue adalah contoh manusia yang bisa dibilang gak bijak atau model khilafan.

Ini berkaitan dengan Idul Fitri dan adat istiadat perayaannya di Indonesia. Idul Fitri adalah sebuah hari besar dan perayaan akbar setelah sebulan umat muslim berpuasa di bulan Ramadhan. Dan jujur, puasa kali ini gue merasa sangat minus dan gak banget lah pokoknya (nanti kalau gak lupa mau cerita di posting berikut-berikutnya). Perayaan yang amat akbar ini diiringi pula dengan banyaknya makanan khas bahkan tidak khas yang tersaji.

(gue tiba tiba mikir, prolognya sok berat banget ya) Oke cukup intermezo, adat istiadat banyak makanan ini diiringi pula dengan tradisi berkeliling rumah saudara saudara dan handai taulan serta tetangga tetangga yang bejibun gila. Seenggaknya walaupun kita merasa kita mengenal saudara hanya sedikit, padahal ternyata ada pamannya, ada kakeknya, ada sepupunya, ada siapa siapanya lah banyak pokoknya. Seperti yang gue alami

Mungkin sampai detik ini, saudara saudara yang dapat gue hafal dengan baik adalah saudara langsung dari ayah dan ibu seperti pakde, bude, oom, tante dan sepupu-sepupu, selebihnya mohon maaf tanpa maksud jelek, tapi karena kita jarang bertemu maka saya lupa total. Namun, karena saya masih punya orang tua (alhamdulillah) maka saat lebaran kamipun berkeliling ke banyak tempat menemui saudara-saudara yang ternyata banyak (alhamdulillah).

Dimulai di H-1 Eid, seperti biasa opor ayam, sambal goreng hati, sayur pepaya dan semur daging tersaji sebagai menu Eid (menu berdaging ada TIGA). Dengan kalap gue berbuka puasa, ditambah lalapan tapi banyakan opornya. Hari Eid, gue sarapan OPOR AYAM, lalu berkeliling ke tetangga (untung gue jaiman) tidak makan apa-apa. Lalu di siang hari pergi ke rumah Bude di Jakarta Timur dan disajikan CECEK* juga berjuta menu daging dan cake macam tiramisu, bolu, kue lapis serta kue kering.

Stop, sebelumnya gue belum bilang kalau sejak sekitar 3 sampai 4 hari sebelum Eid gue belum menabung di Water Closet :‘(, perut gue yang tak pelak sudah bisa dibilang buncit semakin buncit dan rasanya ingin meletus :‘‘‘‘(

Dari rumah bude, ke rumah pakde di Tangerang. Oh man! Gue udah berusaha berjanji untuk mengurangi daging dan makan sesuatu yang bisa melancarkan metabolisme dengan cepat. Tapi malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih, makanan yang disajikan DAGING semua. Jujur ku akui, saat itu perut gue lagi gak sakit, jadi gue bahagia aja makanin opor ayam, EMPAL GENTONG, KRECEK dan semua makanan DAGING. Namanya di rumah saudara ya, disuruh makan masa mau nolak blagu amat. Dan gue emang lapar hahaha.

Lalu pulangnya pun kembali ke rumah bude di Jakarta Timur, di sana makanan yang disuguhkan adalah lagi lagi (menghela nafas). Aku hanya berusaha memperbanyak minum air putih dan makan buah yang ada. Sumpah, gue sampai nungguin reaksi perut, kok gak ada reaksi ya? Udah kayak ibu hamil nunggu bayinya nendang-nendang dari dalam perut. Kumohon, TOLOOOOOONG keluarlah dari dalam sana wahai feses! Please, I beg you. Ternyata secara tiba-tiba dalam perenungan gue, adik gue bilang dia sudah ee, oh senangnya. Tak berapa lama, sepupu gue juga datang dia bilang dia sudah ee, oh no saya kapan?

Sumpah gue udah takut mati, karena kadang rasanya perut gue udah kayak kayu keras banget!!! Tuhan, please saya tidak mau mati karena tidak bisa ee. Tuhan tolong tuhan, tolooong! Gue jadi teringat akan sebuah buku yang adik gue ceritakan, tentang permohonan seseorang yang begitu ingin kentut. Gue juga teringat akan cerita nyokap yang menceritakan tentang suami temannya yang harus dirawat di Rumah Sakit karena tidak pernah minum air putih dan terlalu khilaf minum soft drink setiap hari.

Kadang hal-hal sepele kayak gitu gak pernah diperhatiin justru sama manusia yang bisa bikin computer jinjing, bikin handphone layar sentuh, atau semua hal-hal canggih lainnya. Kadang orang jaim banget buat kentut sampai ditahan-tahan. Kadang karena mikirin gengsi gak mau makan-makanan kampung, maunya fast food aja. Padahal, kita manusia yang mestinya bisa mikir buat menjaga keseimbangan tubuh. Toh buat kesehatan kita juga.

Jadi begitulah, kisah saya yang mengemis untuk bisa ee pada Tuhan. Sumpah, 4 hari bahkan 5 hari bukanlah waktu yang singkat untuk tetap menyimpan ampas makanan di dalam tubuh. Berat sekali rasanya. Namun terimakasih Tuhan, setidaknya meski tidak memuaskan saya telah mengeluarkan sedikit kotoran itu …..

Kesimpulan: Ternyata yang kita anggap jijik-jijik itu penting ya buat kesehatan -.-



*CECEK: makanan yang berasal dari daerah Patrol, Cirebon (daerah mama gue) yaitu makanan yang berupa kikil (kulit sapi) dengan kuah kuning dan rasanya agak agak gulai gitu deh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar